30 April 2010

dibalik senyuman

    Ini bukanlah akhir karena tidak ada sesuatu yang berakhir meski itu adalah kematian sekalipun. Sebuah kalimat yang terucap dari bibir seorang wanita yang kupuja. Dia bernama Saras, seorang gadis yang manis, berambut panjang dan memiliki sifat pemberani yang luar biasa. Sehingga teman-temannya memanggilnya dengan sebutan supergirl. Jauh berbeda denganku yang hanya seorang yang tak berarti, kalaupun aku tidak ada dunia akan tetap berputar seperti biasa.

Langit sudah nampak gelap dan bintang-bintang pun sudah mulai berkelip. Tak pernah sedetik pun aku lupa akan sosoknya terutama saat ku pandang bulan yang bersinar di langit yang gelap. Dia benar-benar telah mencuri hatiku, membuatku rela melakukan apapun untuknya. Meskipun aku tahu dia tak pernah tahu akan apa yang kurasakan. Dan tak ada sedikit pun keinginan dalam diriku untuk dia tahu tentang hal ini. Hari ini aku pun kembali tertidur setelah mengucapkan oyasuminasai atau selamat tidur padanya melalui sms.

Disaat matahari sudah terangkat dari tempat dia bersembunyi, aku pun terbangun dan mempersiapkan diri untuk sekolah. Ya, aku adalah siswa kelas 12 di SMA Kemang Timur, salah satu SMA yang memiliki nama di Jakarta. Sesampainya aku di sekolah selalu aku usahakan agar aku dapat bertemu dengan dia walaupun hanya sedetik namun keinginan itu selalu kandas karena aku tak pernah bertemu dirinya sebelum bel masuk pelajaran pertama dimulai.

Oh iya, namaku Rangga, aku hanyalah orang biasa yang hidup di dunia yang luar biasa. Hubunganku dengan Saras sejauh ini hanyalah pertemanan biasa tak ada hal yang istimewa. Kami sudah berteman cukup lama tapi tak pernah aku mengatakan bahwa ku menyukainya. Aku masih ingin melihat senyumannya yang seperti ini. Aku tak ingin melihat raut wajah penuh kekecewaan setelah ia tahu tentang perasaanku.

"hai Rangga! pagi..." sapa dia kepadaku, seperti biasa ia sangat ceria.

"pagi juga, tumben ga telat? hehe" kataku sambil menggaruk-garuk kepalaku

"maksud lo gue telat terus gitu? ngejek ya?" sahutnya

yang kutahu dia memang sering sekali terlambat, dia selalu datang disaat pintu gerbang sekolah sudah mau ditutup. Karena itulah aku selalu berusaha untuk bangun pagi dan menelefonnya dengan menggunakan nomor telefon pribadi agar ia dapat terbangun dari mimipi indahnya . Aku tak ingin dia tahu aku yang menelefonnya karena aku yakin hal ini akan membuatnya marah.

"eh, gue masuk kelas dulu ya. daaa" kata dia sambil melambaikan tangan kanannya sedangkan tangan kirinya memeluk buku-buku pelajaran yang tak mendapatkan tempat didalam tasnya.

"iya, daa" sahutku dengan sebuah senyuman.

walaupun sebentar, perjumpaan itu sudah cukup membuatku bahagia.



Beberapa hari kemudian, aku menggambar wajahnya pada selembar kertas. Aku selalu menggunakan perasaanku disetiap goresan pensilku . Namun tak pernah aku menunjukan hasil karyaku kepadaya. Ya tentu saja aku pasti akan bingung bila ia bertanya apa maksudku menggambarnya. Hingga suatu ketika ada acara pameran disekolahku dan pihak guru kesenian menyuruhku untuk menyumbangkan karyaku untuk dipamerkan. Aku pun memfigurai gambarku, gambar ilustrasi Saras yang sedang duduk sambil menopang dagu dengan tangan kirinya. Tak mirip memang namun aku yakin dia akan tahu bahwa gambar ini adalah dirinya karena gambar ini berdasarkan foto yang ia miliki di akun Facebooknya.

Dugaaku ternyata benar, ia tahu bahwa seseorang yang kugambar itu adalah dirinya. Dan pertanyaan itupun terlontar darinya, "kenapa lo gambar gue?". Aku yang kebingungan sambil tersenyum lalu menjawab, "gapapa ko, anggep aja ini rasa terima kasih gue karena lo udah mau nemenin gue selama ini". Aku tahu pasti ia heran dengan jawabanku namun dia mengiyakan saja jawabanku tersebut. Hingga pada akhirnya situasi menjadi lebih serius dan secara tiba-tiba beberapa kata terucap darinya

"ngga, I want to tell you something. I don't know that is make you hurt or not or maybe make you confuse. But please don't think something wrong to me. Lo musti janji sama gue gak berubah ke gue!! Janji?"

tentu saja aku kaget medengarnya dan aku juga bingung apa maksudnya mengatakan hal ini kepadaku. Aku pun berjanji aku takkan pernah berubah tanpa tahu maksud sebenarnya mengapa ia mengatakan hal ini.

Aku terus memikirkan kata-katanya, berusaha mencari tahu apa maksudnya. Hingga akhirnya aku menarik dua kesimpulan. Apakah ia ingin aku tetap seperti ini kepadanya karena ia senang denganku? atau ini adalah penolakan secara halus darinya karena ia sebenarnya sudah tahu apa yang aku rasakan? Tentu saja aku tidak mau terlalu percaya diri dan akhirnya melupakan hal tersebut.

Dari hari ke hari kami terus berkomunikasi baik melalui via sms atau via facebook. Beberapa kata-katanya dan tingkahnya terkadang membuatku mengira ia juga menyukaiku. Namun tak semudah itu aku mengambil kesimpulan itu, tak jarang juga ia membuatku merasa bagaikan patung tua yang sudah tertutup akar dan dedaunan yang hanya dilewati tanpa dilirik sama sekali. Lama-kelamaan aku merasa seperti terkadang aku diterbangngkan ke awan yang lembut lalu dijatuhkan kembali dengan sangat keras ke tanah berduri. Aku tahu ia melakukan hal ini tanpa sadar tapi tak tertutup kemungkinan ia melakukan hal ini secara sengaja agar aku menjauhinya.

Namun sempat aku mendengar Saras digosipkan dengan laki-laki lain. Laki-laki tersebut bernama Pratama, seorang laki-laki yang cukup eksis dan penuh rasa percaya diri. Setelah kuperhatikan ternyata hubungan mereka cukup dekat seperti layaknya aku dengan Saras. Lalu apa maksud dari kedekatan kita selama ini? pikirku dalam hati saat mengetahui hal ini. Ternyata aku memang bukan orang yang spesial dikehidupannya. Apalagi bila kubandingkan kedekatan mereka dengan kedekatan diriku dengan Saras. Ya, aku kalah telak! tak ada satu bagian pun yang kumenangkan.

Akhirnya ku beranikan diri untuk menanyakan hal ini pada Saras. Dan ia bingung sekaligus tak mau peduli dengan gosip ini. Namun saat ku katakan gosip ini sudah sangat menyebar barulah ia terlihat panik. Entah kenapa Ia harus merasa panik, yang terpikirkan olehku apakah Saras benar-benar suka dengan laki-laki ini? namun ku terus berusaha membuang jauh-jauh pikiran ini. Karena aku tak ingin merasakan kesakitan pada hati ini.

Suatu hari setelah gosip tentang ia dan Pratama sudah mulai hilang, muncul lagi gosip baru disekolahku. Gosip yang mengatakan bahwa aku suka dengan Saras, bagiku ini bukanlah gosip karena aku memang menyukainya. Namun bagi Saras gosip ini cukup mengusik hidupnya. Hingga saat itu pun tiba, terucaplah sebuah pernyataan yang selama ini sama sekali tak ingin kudengar yaitu

"gue suka sama cowo waktu semester satu kelas 3. Anak ipa. Gue rada-rada kasih sinyal. Gue mikirnya sekarang. Pdkt gue gagal gara-gara gosip itu jangan-jangan. Masalahnya gue baru tahu kalau separah ini. Gue kira cuma biasa doang gosipnya"

jantungku langsung terasa berhenti, pukulan ini sangat membuatku tak dapat bernafas dengan normal. Jadi selama ini aku hanya seperti sebuah pisau tumpul yang berusaha untuk membelah kulit durian. Apa arti dari semua yang telah terjadi? Apa gunanya semua yang telah kulakukan untuknya? Dan ketika ku tersadar, aku harus menerima kenyataan bahwa kini hubunganku dengannya merenggang.

Akhirnya akupun memutuskan untuk mencari tahu siapa lelaki pemenang hati Saras. Hingga aku menemukan suatu bukti bahwa ia masih menyukai orang tersebut. Aku pun terus melakukan pencarian dan akhirnya aku tahu siapa orang itu, orang yang dijadikan pangeran oleh Saras. Seseorang yang bernama Kharisma, orang yang pintar, sangat baik, taat pada agama, kalem yang pasti berbanding 180 derajat denganku. Orang yang tak pernah terpikirkan sama sekali olehku. Yang mengagetkan adalah ia adalah temanku yang sudah kuanggap sebagai guruku. Bagaimana bisa aku melampauinya? Aku kini seperti seekor keledai yang rela melihat ekornya dibawa pergi dan dimainkan oleh sekelompok anak kecil. AKU HANYA SEORANG PECUNDANG!!!

Namun yang lebih mengagetkan lagi adalah ketika Saras mengatakan bahwa orang yang dia sukai nampaknya menyukai wanita lain. Dalam hati ku berkata, "orang itu harus tahu bahwa ada seorang dewi yang menyukainya secara tulus". Akhirnya ku temui Kharisma dan bertanya siapa wanita yang ia sukai dan ia memberitahuku. Namun sepertinya ia nampak tak terlalu suka pada wanita ini. Sehingga aku memberitahukan bahwa Saras menyukainya. Dan ia pun tersenyum dan sambil menepuk pundakku ia berkata, "santai aja ngga, kita kan teman. Gue ga teman makan teman ko". Aku pun hanya bisa tersenyum.

Acara wisuda bagi murid kelas 12 sebagai tanda kelulusan sekaligus perpisahan bagi kami murid SMA Kemang Timur. Pada acara tersebut diputar video berdurasi 20 menit yang berisikan kenangan-kenangan kami selama bersekolah disini. Namun ada hal yang membuatku kaget, disana ada rekaman Kharisma sedang berbicara tentang pendapatnya bersekolah disini. Saat aku melihat ke arah Saras berada rasanya seperti ada 1000 pedang tajam yang menghujam tubuhku berkali-kali, serasa dicambuk oleh 100000 cambuk. Aku melihat Saras sedang disoraki oleh teman-temannya sedangkan ia hanya menutup telinganya dan terliahat tersipu-sipu. Setelah video usai Saras dan teman-temannya terlihat sedih, terutama Saras aku tahu pastin ia akan merindukan Kharisma.

Selesai acara tersebut aku mengakses Facebookku. aku melihat status Saras yang berkata, " semua tinggal kenangan :( ". Seperti dugaanku ia sangat sedih berpisah dengan yang lain juga berpisang dengan pangerannya. Disaat seperti ini bukan saatnya aku untuk egois, kuakui memang hanya Kharisma yang mampu membuatnya sampai seperti ini. sedangkan aku? aku hanyalah sampah dikehidupannya!

Aku pun mulai merencanakan semuanya. Aku meminta Kharisma untuk menghubungi Saras agar Saras kembali ceria. Rencanaku nampaknya berhasil, status Saras pun berubah menjadi "Ya ampun, ini beneran gak sih?". Rasa senang yang harusnya ku rasakan tenggelam oleh rasa sakit yang teramat dalam. Namun aku akan melakukan apapun agar dia bahagia walau sesakit apapun yang aku rasakan.

Hingga saat ini Kharisma dan Saras masih berhububungan layaknya aku dengan Saras dulu. Sedangkan hubunganku dengn dia sudah menghilang, hanya bila benar-benar perlu saja dia mau berkomunikasi denganku tak seperti dulu lagi. Dan jika bukan karena prisip yang selalu ia katakan, "tenang aja. mau ngegebet susah payah kaya apapun ujung-ujungnya juga gak mau pacaran dulu gue" mungkin mereka sudah berpacaran sekarang. Dan nampaknya Kharisma yang sudah kutawari untuk memperhatikan Saras dan jika ada kesempatan silahkan kalian berpacaran, sekarang sudah mulai tertarik. Aku sangat berterima kasih padanya.

Kini aku bersembunyi dibalik senyuman, senyumanku kepada Saras. Ku selalu bersikap biasa didepannya dan selalu berusaha untuk tersenyum. Walaupun didalam diriku hatiku sedang diiris-iris. Namun biarkan waktu yang berbicara, aku hanya bisa bertindak tapi Tuhan lah yang menentukan semua. Ini bukanlah akhir karena tidak ada sesuatu yang berakhir meski itu adalah kematian sekalipun. Aku akan terus bersembunyi dibalik senyuman.

the end 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar